Minggu, 27 Oktober 2019

Cerpen Kue Kecil Titipan Tuhan

Cerita Pendek Karya Siswa
"Kue Kecil Titipan Tuhan"
Oleh Adela Paramitha

Ayam jantan berkokok. Matahari pagi sudah keluar dari peraduannya. Selamat pagi dunia.
Pagi adalah awal setiap manusia beraktifitas. Seperti pagi ini di sekolah, hampir semua temanku sudah tiba disini untuk menuntut ilmu. Salah satunya Bobby. Teman sekelasku itu tinggal berdua dengan adiknya. Lisa namanya.    Karena ayah ibunya telah meninggal setahun yang lalu. Bobby adalah remaja yang tidak kenal putus asa. Semua  ia kerjakan untuk mendapatkan uang untuk menghidupi dirinya dan adiknya.

Hari ini sepulang sekolah aku menemani ibuku untuk menjaga toko kue milik keluarga kami. Dari kejauhan aku melihat Bobby dan adiknya berjalan menuju toko kue ini. Aku berniat  menegur mereka. Tapi belum sempat mereka kutegur, dari kejauhan aku mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka. 
"Kakak, apa aku boleh membeli kue dan es krim di hari ulang tahunku ini?"
"Maaf Lisa, tapi kakak tidak punya cukup uang untuk membelikan mu itu. Lain kali saja ya". 
"Baiklah kalau begitu. Lain kali belikan ya, kak", adiknya memohon dengan penuh kesabaran. Mereka pun berjalan pulang dan tak sempat masuk kedalam toko kue milik keluarga kami.

Setelah mengetahui pembicaraan mereka, aku pun memberitahukan hal itu kepada ibuku. Ibu menyarankan agar aku pergi ke rumah mereka untuk mengantarkan kue pemberian ibuku kepada Bobby untuk diberikan kepada Lisa. 
Sekarang aku sudah berada di luar rumah mereka. Samar-samar kudengar pembicaraan kedua kakak beradik itu. 

Bobby berencana memberikan es potong sebagai ganti kue dan es krim yang diminta adiknya, Lisa. 

Segera kuletakkan kue itu didepan pintu rumah mereka dan pergi beranjak dari sana, bersembunyi dibalik dinding bagian samping rumah mereka untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Kakak, ini apa?", tanyanya heran sambil mengambil kue yang terletak didepan pintu rumah mereka itu. 
"Entahlah, kakak juga tidak tau. Coba lihat tulisan itu", kata Bobby.
Lisa kemudian membaca tulisan yang kutulis di bungkusan kue itu.
"Disini tertulis untuk Lisa, kak", katanya sambil tersenyum.
"Mungkin Tuhan sudah mendengarkan doamu dan menitipkan kue ini kepada seseorang untuk diberikan kepadamu. Jadi kau harus berterima kasih kepada Tuhan untuk ini".


Setelah mendengarkan percakapan singkat mereka, aku langsung beranjak pergi sambil tersenyum karena mengingat tindakan kecil dapat membuat mereka bahagia.

Dari kejadian kecil ini aku dapat menyimpulkan bahwa ternyata tindakan kecil dapat membuat orang berbahagia, dan menolong orang dapat menjadi ladang pahala bagi diri kita. Maka dari itu teruslah berbuat baik kepada siapapun.
----------------------------------------------------------
BIODATA PENULIS

Nama    : Adela Paramitha
Kelas     : IX-3 SMP NEGERI 8
TTL        : Kisaran, 6 Juli 2005
Alamat  : Sei Merbau, Tanjungbalai
Usia       : 14 tahun
Cita-cita: Psikolog
Hobi      : Baca wattpad




Rabu, 23 Oktober 2019

CERPEN SEWAKTU HUJAN TURUN

S E W A K T U   H U J A N   T U R U N
Cerpen Oleh Ahmad Zaki Zamani


SATU

Thik thuk... thik thukk...., tangan-tangan jam yang terpajang di dinding berdentang seakan-akan  palu yang menghantam kepala dan menghantam otakku berulang-ulang. Tak ada beban yang kupikul. Hanya saja perasaan ku saat ini sungguh berat. Beratnya melebihi beban sebuah bukit yang bertengger diatas ragaku, menghimpit perasaanku. Mataku kabur, keliru kornea lensa membiaskan cahaya dan merefleksikan objek benda ke retina penglihatanku. Diam di ruang bimbingan konseling ini menjadikan perasaanku seperti mati rasa, seperti sempit dadaku untuk  bernafas. 

Berderap langkah Bu Tian masuk ke ruangan tempatku menunggu. Bisa kuhitung jumlah gerakannya dengan rumus baku penjumlahan bilangan asli. Berdegup. Jantungku berdegup tak beraturan, membayangkan hukuman apa yang akan diberikan Bu Tian guru bimbingan dan konseling di sekolah ini.  Seharusnya aku tak datang hari ini ke sekolah. Aku menghela nafas.
Wajah Bu Tian muncul dari balik pintu.
Aku menyisir  rambut dengan jemariku sekalian mengatur posisiku berdiri.
"Rahadi".
"Ya, bu". Jawabku. Kurapikan suaraku mendehem agak serak.
"Sudah berapa kali kau kesini dalam tujuh hari terakhir?"
"Tiga kali, Bu."
"O.. cukup banyak ya.."
"Ya, Bu. Maaf".
Menunduk. Aku tak berani melihat sorot mata dibalik kaca mata itu.
"Mudah betul kau minta maaf".
"Maaf, Bu, tak minta maaf lagi".
"Membantah!", hardiknya.
"Ya, Bu, maaf Bu, tidak membantah, Bu. Jadi saya harus bilang apa, Bu?"
"Kau menentang saya, Rahadi?"
"Maaf, Bu, tidak, Bu".
"Beratus kali sudah maafmu, Rahadi".
"Iya, Bu, maafkan saya".
"Apa penjelasanmu tentang kesalahanmu pada Bintang? Bukankah kalian selama ini berteman baik? Bahkan sejak hari pertama kalian menimba ilmu di sekolah ini".
Aku diam sejenak, terbayang wajah orang yang disebut Bu Tian itu.
B I N T A N G.

***

DUA

Kala itu bumi mendapat amanat dari Penguasa langit. Sehingga tumpah-ruahlah berjuta liter air menggenangi tanah-tanah datar. Basah. Hujan datang. Debu sirna. Jalanan lengang oleh para pengendara di lintasan depan gerbang sekolahku. Bintang berdiri dalam hujan. Kaku. Matanya nanar. Kulitnya membiru. Bukan karena hujan. Bukan karena Bintang  berdiri didalam hujan, tegak terhimpit oleh suasana kekosongan. Tapi karena aku. Aku baru saja menumpahkan segala amarahku padanya. Sekarang dia bukan lagi temanku. Dia bukan lagi sahabatku. Aku memutuskan untuk diam, aku tak akan berbicara lagi padanya. Dia diam menahan perasaan benciku yang bisa ia baca meski didalam basah hujan. Kuseka air hujan yang mengalir dari pelipis mataku. Aku  pergi, berbalik ke belakang untuk menjauhinya. 
"Kau tak usah lagi jadi temanku. Kalau bisa selamanya!!", jeritku. Amarahku belum kunjung reda.
Tak ada jawaban. Ia senyap. Sudahlah. Sudah habis simpatiku kepadanya. Biar dia remuk direngkuh hujan. Berulangkali pun ia memberi  penjelasan nanti, aku akan tutup telinga.

***

Kubanting pintu kamarku. Kujatuhkan tubuhku keatas tempat tidur beralas biru muda bermotif klub sepakbola liga Eropa.
Bayangan Bintang masih membuatku kesal. Membuatku ingin marah saja.
"Dengarkan penjelasanku dulu, Hadi, barulah kau marah padaku". Kutepis tangannya mencoba menenangkanku.
"Aku tau kau sedang emosi. Makanya kau tenang dulu. Dengar penjelasanku", sambungnya mencoba menenangkanku.
"Kau itu teman jenis apa?! Aku tak mau lagi mendengar apapun dari ucapanmu", aku menyanggah. 
"Kau tau kan, Bintang, aku mencoba mendekatinya". 
"Baik. Aku cuma ingin menjelaskan biar kau tak salah faham. Semua pesanmu sudah kulakukan.  Aku tak menyangka kalau begini jadinya. Jangan kau salahkan aku, Rahadi". Bintang menghiba. Lelaki yang jadi teman sekelasku itu mencoba menenangkanku.
"Sudahlah. Selama ini kau kuanggap kawanku. Sekarang pergilah kau. Aku sudah muak melihat kecurangan mu".
"Surat itu sudah kutaruh diatas meja guru, Hadi. Aku tak tau kalau surat Riana jatuh kemana. Dan dia mendapat hukuman atas kesilapanku. Janganlah kau buat masalah sekecil ini jadi berat bagiku". Ia menjelaskan bahwa surat sakit Riana yang kutitipkan padanya sudah ia letakkan di meja guru untuk dimasukkan ke absensi siswa tapi hilang entah kemana.
Tanganku mencengkram. Darahku naik. Dadaku sesak mendengar penjelasannya. 
"Terlalu mudah bagi kau. Kau mengaku sajalah. Kau tak suka aku dan Riana semakin dekat. Kau marah. Kau suka Riana. Kau mengaku. Itulah sebabnya kau curang. Pengkhianat. Rasanya aku ingin pecahkan kepalamu!" Kukepal tanganku. Kuayunkan ke perut Bintang sehingga kudengar ia tersedak dan jatuh terduduk di saluran air belakang kelas tempat kami bertengkar. Tiga detik, empat detik, nampaknya ia seperti tak sanggup untuk bangun berdiri. Ternyata tinjuku yang ketiga itu yang menumbangkannya. Ia bangkit dengan mencoba meraba dinding batu itu.
"Di, cobalah fahami aku", ssambungnya. Kalimat yang kuanggap terlalu mengada-ada itu membuatku merasa direndahkan. Kuayunkan sekali lagi pukulanku sehingga ia jatuh untuk kesekian kalinya. Hingga kudengar ada suara lain mendekat dari kejauhan memanggil namaku. Mencoba menghentikan perkelahian kami.

***

TIGA

Aku tertegun mengingat kejadian kemarin. Kupukul Bintang hingga ia terjungkal ke tanah. Tak ada sedikit pun rasa  sesal, justru sakit hati yang kurasakan terbalaskan. Bintang itu temanku tapi tidak punya rasa setia kawan. Ia pantas menerimanya. 

Kulihat Bu Tian menghela nafas mendengar rentetan ceritaku yang membuat  Bintang babak belur. Beliau hanya  menggeleng seolah aku yang jadi tersangka dan aku pula yang tidak punya rasa iba. Padahal sudah jelas Bintang yang salah. 
"Coba kau lihat keluar sana".
Seketika aku menoleh keluar ruangan konseling ini. Belum ada seorang siswa pun diluar. Belum jam istirahat. Hanya rintik-rintik kecil yang mulai turun ke tanah-tanah datar kota ini. Dan seketika volume airnya semakin deras. Aku memegangi kedua siku tangan bertautan saat semilir angin menerjang lembut tubuhku.
"Ibu masih ingat ketika itu. Hujan. Kau dan Bintang berlarian didalam hujan dibawah selembar daun keladi lebar, kalian singgah ke rumah ibu meminta perlindungan, berteduh dari hujan. Meskipun kalian takut hujan membuat basah pakaian tapi ibu lihat kalian tertawa-tawa senang waktu itu. Ketika itu ibu salut dengan kalian berdua. Sungguh rapat, akur. Dan kau bilang, persahabatan kalian akan sampai selamanya. Hmmm.... Ternyata hanya slogan". Bu Tian memain-mainkan perasaanku. Rasanya di dadaku seperti diaduk-aduk.
"Aku tak tau si Bintang itu aslinya pengkhianat, Bu", balasku menimpali.
"Lantas, bagaimana dengan pak Juna?"
Aduh, pak Juna. Aku teringat pak Juna. Seharusnya tak perlu diingatkan. Benci. Bosan.
"Aku bukan jagoan, bu. Aku juga bukan pahlawan. Tapi aku akan melawan saat harga diriku direndahkan".
"Perkataanmu itu... Berani sekali".
Bu Tian marah.
"Maaf, buk". Kulihat Bu Tian tersinggung dengan kalimatku barusan. Padahal aku cuma mengikuti apa yang ditulis orang-orang di status mereka di sosial media".
Kulihat Bu Tian geleng kepala.

***
Aku tertegun mengingat kejadian kemarin. Kupukul Bintang hingga ia terjungkal ke tanah. Tak ada sedikit pun rasa  sesal, justru sakit hati yang kurasakan terbalaskan. Bintang itu temanku tapi tidak punya rasa setia kawan. Ia pantas menerimanya. 

Kulihat Bu Tian menghela nafas mendengar rentetan ceritaku yang membuat  Bintang babak belur. Beliau hanya  menggeleng seolah aku yang jadi tersangka dan aku pula yang tidak punya rasa iba. Padahal sudah jelas Bintang yang salah. 
"Coba kau lihat keluar sana".
Seketika aku menoleh keluar ruangan konseling ini. Belum ada seorang siswa pun diluar. Belum jam istirahat. Hanya rintik-rintik kecil yang mulai turun ke tanah-tanah datar kota ini. Dan seketika volume airnya semakin deras. Aku memegangi kedua siku tangan bertautan saat semilir angin menerjang lembut tubuhku.
"Ibu masih ingat ketika itu. Hujan. Kau dan Bintang berlarian didalam hujan dibawah selembar daun keladi lebar, kalian singgah ke rumah ibu meminta perlindungan, berteduh dari hujan. Meskipun kalian takut hujan membuat basah pakaian tapi ibu lihat kalian tertawa-tawa senang waktu itu. Ketika itu ibu salut dengan kalian berdua. Sungguh rapat, akur. Dan kau bilang, persahabatan kalian akan sampai selamanya. Hmmm.... Ternyata hanya slogan". Bu Tian memain-mainkan perasaanku. Rasanya ada sesuatu di dadaku seperti diaduk-aduk.
"Aku tak tau si Bintang itu aslinya pengkhianat, Bu", balasku menimpali.
"Lantas, bagaimana dengan pak Juna?"
Aduh, pak Juna. Aku teringat pak Juna. Seharusnya tak perlu diingatkan. Benci. Bosan.
"Aku bukan jagoan, bu. Aku juga bukan pahlawan. Tapi aku akan melawan saat harga diriku direndahkan".
"Perkataanmu itu... Berani sekali".
Bu Tian marah.
"Maaf, buk". Kulihat Bu Tian tersinggung dengan kalimatku barusan. Padahal aku cuma mengikuti apa yang ditulis orang-orang di status mereka di sosial media".
Kulihat Bu Tian geleng kepala.

***

EMPAT

Aku gusar. Pak Juna bangkit dari tempat duduknya. Kucoba menatap sigap badan Pak Juna yang semakin dekat dari bangku tempat aku duduk. Matanya garang, menahan sabar yang sudah semakin habis. Merah penuh kemarahan. Plakkk...
Pipiku ditampar pak Juna. Aku menahan perih. Kutahan tanganku untuk tidak memegangi pipiku. Kutunjukkan mimik wajah tegar. Aku kuat. Aku tidak lemah. Kutahan mataku agar tidak mengeluarkan. Supaya tak kelihatan sakit. Kukeraskan hatiku. Aku tau aku tidak bersalah. Apalah arti perkataanku tadi padanya, dibandingkan dia menamparku didepan teman-temanku. Semua diam. Kelas hening. 
"Kalau kau tak bisa menunjukkan sikap hormat, keluar saja kau dari kelas saya. Saya sudah habis sabar sama kau. Sudah hampir-hampir benci saya". 
Mendadak kelas senyap karena ledakan emosi pak Juna. Semua siswa terdiam. Egoku bergejolak. Hatiku semakin berkecamuk. Aku tak tau cara menumpahkan emosiku, meledakkan marahku.
"Aku juga sudah lama benci pada bapak!!", belum sempat pak Juna menghabiskan kata-katanya, aku langsung menimpali. 
Aku berlari kecil keluar dari kelas yang membuat dadaku panas itu. Hanya gara-gara mengatakan kurang keren cara bapak menjelaskan sehinggalah aku jadi objek kemarahan pak Juna. Memang betul sebelumnya aku tertawa-tawa, bermain-main ketika pak Juna menjelaskan rumus. Tapi apakah  besar sekali salahku?! Aku heran, mengapa semua orang berubah akhir-akhir ini. Bintang, pak Juna, ........ aahh... sudahlah. Pusing kepalaku. Sebaiknya aku lompat pagar saja. Aku mau pulang. Menenangkan hatiku.

***

LIMA


"Bukan semua orang yang berubah, Rahadi. Tapi kau. Sebelumnya kau siswa yang baik".
Aku menatap Bu Tian yang melekatkan telapak tangannya ke dinding ruangan bimbingan dan konseling ini. 
"Kau ingat ketika ibu bilang, 'buanglah sampah pada...', belum habis ibu berbicara kau malah merampas hak bicara ibu. Kau jawab pada temannya.... Buanglah sampah pada temannya...", sambil kau tertawa-tawa, kalian tertawa-tawa. Untunglah ibu pada saat itu sedang panen sabar. Jika tidak ibu juga akan menamparmu".
Aku tersenyum kecut mendengar kalimat Bu Tian.
"Ibu juga berubah, selalu marah padaku".
"Setiap kesalahanmu harus kau pertanggungjawabkan, Rahadi. Dan mulai besok kau dikenakan skor selama  satu Minggu".
Aku terkejut mendengar keputusan bu Tian. Aku berontak. Ini tak adil bagiku. 

***

ENAM

Alam berselimutkan terang jingga di barat tepat di junjungan menara mesjid. Kunikmati warna ufuk dengan rasa sepiku. Kumandang adzan Maghrib tak dapat membuatku bangkit dari bangku-bangku bambu yang tertancap di lapangan sepak bola kampung tempatku sekarang termenung.  Walaupun tidak selebar lapangan sepak bola yang ditetapkan oleh Federasi sepakbola dunia dalam hukum permainan tapi cukuplah lapangan ini menjadi kebanggaan dan kesenangan warga sini. Rumputnya juga alami dan bukan rumput sintesis. Sesekali aku tengadah ke langit, sebentar-sebentar melihat rumput-rumput basah. 
Aku jadi teringat hujan. Aku teringat rumah. Teringat kamarku. Teringat ayahku.
 Kala itu hujan turun...
Itulah terakhir kalinya ayah memindahkan tubuhku dari karpet biru didepan tv kedalam kamar. Sedikit terengah membopong beban tubuhku yang berusia remaja. Setengah terbangun, kurasakan ia menutupkan selimut ke tubuhku keatas hingga leher. Dibelainya kepalaku. Diciumnya keningku. Kudengar suaranya lirih berdoa.
"Semua ini untuk masa depanmu, Hadi. Maafkan ayah", tutupnya. Semakin saja aku lelap dalam tidurku. Padahal hatiku terjaga, teringin untuk mempertanyakan secara tegas apa maksud kalimatnya. Tapi kurencanakan besok pagi saja aku akan  menanyakan ucapan ayah yang tak kumengerti itu. Suaranya agak bergetar. Lirih. Tak seperti biasanya. Kukira aku sudah lemas karena serangan kantuk. Mungkin saja karena tadi aku  menghabiskan seluruh energiku untuk mengerjakan semua tugas sekolah. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku selalu bersemangat datang ke sekolah, menghayati materi belajar dari guru. Nikmat. Semua guruku adalah kesukaanku. Khususnya pak Juna. Selama ini aku banyak bertanya dan berbagi cerita pada beliau. Bergaul dengan sahabat-sahabatku juga seru, rindang pepohonan sekolah juga indah, kantinnya, semua membuatku bersemangat. Lelap. Hingga pekat malam sempurna menguliti bumi pertiwi.
***

Pagi datang. Tubuhku terasa segar  walaupun sesekali kantuk masih datang menyergap. Setiap pagi seketika bangun selalu yang pertama kali kucari adalah ayah. Satu-satunya orang yang ada di rumah ini bersamaku. Sesudah ibu meninggal, semakin aku bergantung pada ayah. Seharusnya lima langkah aku keluar dari kamar kulihat ayah bersimpuh diatas sajadah hijau bermotif mesjid sebagaimana biasanya. Tapi aku tak menemukannya hari ini. Atau mungkin saja lebih awal ayah pergi ke kandang ayam memberi makan pada ternaknya. Kususul kesana. Tapi tak kudapati. Aku duduk lemas di dipan rumah menunggu ayah yang entah kemana perginya. Kuperhatikan dari kejauhan belum juga pulang. Tubuhku jadi terasa  lemas. Kemana ayah??? Tanda tanya besar di kepalaku.
***
Aku tersadar dari lamunanku ketika rintik jatuh ke kulit tanganku. Semua bayangan ayah sirna. Rintik mulai berpacu dengan warna hitam alam. Dadaku sesak rasanya. Mataku basah. Basah karena air mata dan air hujan yang berhimpitan bersamaan.
"Ayah... Pulanglah...", jeritku dalam hati. 
Sudah tiga minggu berlalu sejak kepergian ayah menjadi TKI ke negeri seberang. Itupun dengan cara diam-diam. Ayah tau aku akan berontak hebat memaksa ayah membatalkan niatnya. Hanya dengan menitipkan pesan pada paman, ayah berangkat pergi layaknya embun yang menguap bersama datangnya pagi di sebelah timur. Tak dapat ku terima semua ini. 
Seminggu sudah aku tak datang ke sekolah kebanggaanku. Sekolah yang selama ini menjadi semangat untukku. Bintang, pelajaran kegemaranku, guru kesayanganku bahkan pojok istimewa dibelakang pohon jambu tempatku sering memakan buku jikalau ada guru yang datang berhalangan. Tapi kini semangatku pupus seiring dengan perginya ayah.
Hujan makin deras saja senja itu. Bajuku semakin basah. Tapi aku masih betah berada disini. Betah menikmati  buncah perih dadaku  yang tak kunjung reda. Aku malu menangis didepan Tuhan. Setidaknya air hujan yang menjejak di wajahku ini menutupi keaibanku atas getirnya hati.
'Ayah... Pulanglah...."

***

TUJUH

Belum usai menjejak renungan, malam pun datang. Bajuku masih basah oleh air hujan. Aku belum berniat untuk kembali ke rumah. Pun tak ada siapapun di rumah. Yang ada hanya bayangan ayah yang semakin membuatku cemburu pada kehidupan anak-anak lain di kampung ini. Pernah kudesak paman untuk melakukan percakapan suara melalui telpon genggam tapi tak berhasil. Apakah jaringan tak ada atau ayah berada di luar jangkauan. Entahlah. Semakin kalut kurasa. Lapangan sepakbola ini semakin sepi saja. Gelap. Lampu-lampu di perumahan berjarak sekitar seratus meter cukuplah menjadi pengindah. Bagai bintang yang menggantung di langit rendah. 

"Rahadi.... Rahadi.....!"
Dari kejauhan kudengar ada suara yang memanggil namaku. Suara yang seperti sering kudengar. Suara sangat akrab dengan ku. Semakin mendekat saja. Kutoleh kearah datangnya suara, ternyata Bintang. Pasti ia kemari mau melampiaskan dendam atau mungkin menagih kembali buku-buku cerita yang selama sebulan lebih ini kupinjam.
Sekarang hampir satu meter jaraknya dariku. Bintang setengah berdiri berlutut mengatur nafasnya tersengal. Mungkin karena berlari tadi. Ia mendekat. Kulihat wajahnya datar. Kuperhatikan matanya. Tak ada nyala api bergelora. Ia mengambil tempat untuk duduk tepat di sampingku. Dilihatnya jauh kedepan. Dalam. Sebagaimana aku melihat jauh kedepan. Hanya tarikan nafas dari hidungnya yang kudengar. Bercampur dengan suara-suara binatang khas malam di rerumputan. Agak damai hatiku melihat dia diam. Mungkin ia menata bahasa yang tepat di dalam hatinya apa yang akan dia ucapkan agar tak membuatku marah. Bintang menghela nafas. Ditariknya kopiah putih dari atas kepala dan memain-mainkannya di telunjuk tangan kanannya berputar-putar.
"Hadi, maaf".
Kata pembukaannya tak membuatku tertarik untuk bersuara. Tapi aku sedikit terheran-heran.
"Semua orang mencarimu", tambahnya.
Siapa yg mencariku. Bukankah aku tinggal di rumah sendirian?!
"Aku, pak Juna, buk Tian menanyakan kabarmu. Kau sudah empat hari tak hadir ke sekolah", kejar Bintang.
"Kau mau mengambil barang-barang yang kupinjam?"
"Sudahlah, Hadi", tambahnya.
"Jadi kau mau apa datang kesini?".
"Kau sendiri apa yang kau buat disini?", tanyanya lagi.
"Kau bukan kawanku lagi, Bintang. Tak perlu kau ikut campur aku mau melakukan apa disini. Kau pergi saja sebelum kupukul kau", ancamku.
"Belum habis marah kau padaku. Ayo, pukullah. Biar reda semua gundah hatimu. Biar hilang semua sedihmu. Aku ikhlas kau pukul, jika itu membuatmu menjadi merasa lebih baik". Aku terdiam mendengar ucapannya. Aku takut menoleh ke wajahnya. 
Bintang kembali menjujurkan keinginan hatinya untuk berdamai denganku. Ia tak sampai hati membiarkanku bertarung sepi sendiri.
"Aku tau kau sedih, Hadi", ungkapnya. Ia juga tau semua masalah yang kuhadapi akhir-akhir ini. Semua karena kerinduanku pada ayah. Aku pun tak menyangka itu sangat berdampak pada hari-hari ku.
"Kau yang berubah, Hadi", kata Bintang. Ya, aku mengiyakan kata-katanya. Hatiku mulai melemah. Cair akan kebekuan. Aku mulai bisa tersenyum sekarang. Tapi kututupi kesedihanku padanya. 
"Jadi, kau menangis tadi?", selidiknya dengan sedikit meledek. Kukepalkan tinjuku ke bahu Bintang. Takkan kuakui.
"Jadi badanmu yang berbasah-basahan disini dan matamu merah itu tanda apa? Kelilipan debu? Terkena air keras? Begitu?"
Aku diam tak sanggup menyanggah tembakan Bintang. Dia sepertinya tak berubah setelah kejadian itu. Dia masih sama seperti sebelumnya. Sok tau dan sok ambil tau semua urusanku. 
"Kau tidak jawab pertanyaanku kenapa kau tak datang ke sekolah?"
"Aku diskors".
"Udah selesai, Hadi. Tiga hari setelahnya? Kau kenapa tak ke sekolah?"
"Aku sudah pindah sekolah!"
Aku menceritakan pada Bintang. Dia terkejut. Matanya terbelalak. Aku dapat merasakan dia tak bisa menerima keputusanku itu. Maksudku keputusan yang dibuat pamanku. Sebetulnya bukan niat mau mengambil jarak dari kalian semua. Keputusan itu dibuat paman karena ia berfikir aku sudah tidak mau kembali ke sekolah. Ceroboh memang. Tapi begitulah keadaannya. 
"Bagaimana dengan pak Juna, Hadi?"
Ia mengingatkanku kembali kepada pak Juna. Semua penduduk sekolah tau. Aku adalah siswa kebanggaan pak Juna. Semua penduduk sekolah tau begitu banyak prestasi yang telah kami raih beberapa bulan ini dengan bimbingannya. Salahku, beberapa Minggu belakangan tak bisa menjadi siswa yang bisa mengendalikan emosi. 
"Kemarin pak Juna datang ke rumahku, Bintang. Dia juga sama sepertimu. Memintaku mengurungkan niat untuk pindah sekolah".
Bahkan beliau meminta pihak sekolah mencabut surat pindahku tapi memang sudah terlanjur sampai ke meja kepala sekolah yang dituju. Pak Juna menarik nafas dalam. Ia sangat kecewa dengan semua yang terjadi secara mendadak.
Ia terdiam panjang. Kulihat ia membiarkan air teh yang kubuat menjadi dingin.
"Rahadi, baik-baiklah kau belajar disana, anakku", katanya sambil keluar dari rumahku. Aku menatap matanya. Pak Juna tak sanggup menatapku. Ia menundukkan pandangannya jatuh ke tanah.
"Pak, saya minta maaf. Tolong halalkan semua kesalahan saya, tolong halalkan semua yang bapak beri pada saya".
Akhirnya pak Juna mengangkat kepalanya dan menatapku. Ia memegang pundak ku sekalian mengangguk dan pergi meninggalkan rumahku. Hujan pun turun. Turun bersama perginya pak Juna dari rumahku. Ada rasa cemas kami tidak akan pernah bertemu lagi. 
***

Plakkk!!!
Duh, kepalaku dijitak sama Bintang. Kulihat dia tersenyum. Nakal. Seperti Bintang yang sebelumnya. Aku mendelik kan mataku. Ia semakin tertawa.
"Kau tak sedih aku pindah sekolah, Bintang?"
Kulihat dia tertawa-tawa sambil memegang perutnya. 
"Untuk apa aku sedih. Rumahku kan dekat dengan rumah kau. Kapanpun aku bisa datang".
Tak berubah sama sekali dia. Walaupun kemarin aku membuatnya babak belur. 
"Baik sekali kau, Bintang. Kau anggap aku apa?"
Dia bilang aku tetap lah sahabatnya. Sahabat sampai surga. Walaupun masa berlalu, zaman berganti, ia tetap akan jadi sahabatku.

***

DELAPAN


Jam tidur bergelayut diantara rentang malam terbentang. Akhirnya aku bisa kembali tersenyum ketika denyut nadi berhenti dalam jaga. Ternyata persahabatan itulah yang utama. Kata Bintang, persahabatan ini takkan pupus dan takkan terganggu oleh apapun termasuk musim berpacaran. Karena katanya ia takkan  berpacaran. Maklumlah, sudah hijrah katanya. 
Akhirnya aku kembali ke sekolah lamaku. Sekolah kesayanganku. Suasananya tak berubah. Kepala Sekolah mengizinku ikut ekskul nya pak Juna. Guru adalah orang tua kita di sekolah. Betapa pun guru menghukummu dengan hukuman yang berat, semata-mata itu untuk mendisiplinkan dirimu. Bukan untuk membencimu. Segeralah minta maaf dan berubah lah secara sepenuhnya dengan berikrar dalam hati kau akan lebih giat belajar dan disiplin dengan dirimu sendiri. Pagi mereka menghukummu, malam datang dan takkan berlalu tanpa doa dan menaruhkan harapan yang baik untukmu.
Sedangkan ayah....
Suara ayah didalam telpon tadi memberikan semangat baru untukku. Ia berjanji akan kembali ke tanah air. Ia akan senantiasa berada di sampingku menjadi ayah sekaligus ibu buatku.

~ SELESAI ~

Jumat, 18 Oktober 2019

KUMPULAN PUISI ANAK SEKOLAHAN TANJUNGBALAI

KARYA SISWA
Kumpulan Puisi Kehayatan Siswa-siswi Kebanggaan SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI

Assalamualaikum, gaess... Welcome back again di blognya SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI, semuanya ada disini.

Menulis itu seru. Lihat saja coretan-coretan sederhana teman-teman sekelas kalian di bawah ini. Tak perlu bersulit-sulit namun bisa menghasilkan karya-karya tulisan berupa puisi yang jujur dari hati. Ada tentang orang tua, guru bahkan masa depan. So, kalian sudah memikirkan masa depan belum? Tentu saja sudah, kan? Baiklah, check out puisi-puisi original dari teman-teman kalian berikut dan tinggalkan jejak-jejak membangun di kolom komentar dibawah ini atau di media sosial lainnya. Ok??

Kamis, 10 Oktober 2019

GERAKAN MENULIS BUKU INDONESIA (GMBI) SUMATERA UTARA DI SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI, Motivasi Dan Tips Oleh Bapak Muhammad Fajrin Pane, SHI, MHum, Dalam Membuat Karya Tulis

Motivasi Dan Teknik Membuat Karya  Tulis Oleh Bapak Muhammad Fajrin Pane, SHI, M.Hum di SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI 


Menulis merupakan rangkaian kegiatan yang memberdayakan rasa, karsa, dan selera yang terpapar dalam hati dan pikiran seorang manusia. Dengan menulis, tumpahlah segala penghayatan hidup kedalam lembaran-lembaran kertas melalui mata pena. Di zaman sekarang ini, menulis bukan hanya dilakukan di draf naskah kertas melainkan juga bisa disusun ke dalam ruang elektronik seperti email, sosial media maupun aplikasi menulis lainnya.

Menulis itu mudah, tentu untuk yang punya selera untuk menulis. Sebaliknya, ia sangat sulit untuk individu yang kurang berselera untuk menulis.

Inilah yang mendorong salah satu Sosialisator dari Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMBI) merupakan putra asli dari daerah kita kota Tanjungbalai yakni bapak Muhammad Fajrin Pane, SHI, MHum memberikan workshop tentang teknik-teknik dan tips dalam menulis pada hari Kamis, 10 Oktober 2019 di halaman SMP Negeri 8 agar kegiatan menulis bisa dilakukan dengan mudah dan tepat sekaligus bisa memotivasi siswa untuk ikut lomba menulis secara online yang diselenggarakan oleh GMBI nantinya.


Adapun teknik-teknik penulisan yang telah dipaparkan di hadapan siswa dapat disarikan sebagai berikut:
1. Tentukan tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide yang akan kita tuangkan ke dalam tulisan kita dan merupakan bagian yang sangat penting di dalam menulis. Tema bisa berisi kegundahan hati, kegalauan, bahkan kritikan terhadap kondisi sosial.
2. Pilih pengalaman, peristiwa atau harapan sesuai dengan tema.
Dengan menuliskan pengalaman dalam kehidupan pribadi atau orang lain, peristiwa yang terjadi di sekitar kita, maupun harapan-harapan kita, baik kepada orang tua, guru maupun pemerintah maka kegiatan menulis akan dapat disusun rapi dan mudah sesuai dengan suasana hati penulisnya.
3. Bayangkan suasana ketika kita merasakan peristiwa itu. 
Gali imajinasi dengan mengungkapkan perasaan bahagia, sedih, kesal, marah ke dalam tulisan agar luapan perasaan penulis tersampaikan kepada pembaca. Dengan emosi yang dipaparkan ke dalam tulisan maka pesan-pesan yang disampaikan dapat mudah difahami dan turut dirasakan oleh pembaca.
4. Tuliskan sesuatu yang paling diperhatikan dari peristiwa.
Misalnya kita pergi ke suatu daerah katakan saja Danau Toba, tentu yang jadi perhatian kita adalah keindahan alamnya, kesejukan udaranya, dan itu bisa menjadi bahan tulisan yang akan kita tuangkan.

5. Susun kalimat sederhana untuk mengungkapkan.
Penggunaan kalimat didalam sebuah tulisan sangat mempengaruhi sampainya sebuah pesan kepada pembaca. Jadi, penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pembaca sangat mempengaruhi berhasilnya seseorang dalam tulisannya.
6. Ganti kalimat dengan memilih gaya bahasa, diksi dan rima.
Ketika kita sudah menyusun dan mengumpulkan tulisan kita, maka kalimat-kalimat yang sudah ditulis dapat kita ganti dengan bentuk kalimat dengan gaya bahasa seperti majas, pepatah, diksi dan rima tertentu yang mengandung makna sehingga menjadikan karya tulisan kita lebih bernilai sastra yang estetis dan tinggi.
7. Kembangkan puisi seindah mungkin dan baca dengan 'baper' lalu perbaiki.
Jika karya kita adalah puisi, coba kembangkan dan baca dengan teknik 'baper'.

8. Lakukan terus hingga kau merasa nyaman dengan puisimu.
Latihlah karya puisi tersebut hingga kita merasa nyaman dan percaya diri menyampaikan karya tulis tadi.

9. Tentukan judul
Judul adalah bagian terakhir yang kita tentukan sesudah semua rangka karangannya kita selesaikan.


Kegiatan Literasi ini merupakan gerakan nasional dengan demikian maka sekolah mempunyai peranan penting dalam memotivasi siswa-siswanya untuk turut berperan serta dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Semoga kunjungan workshop bapak Muhammad Fajrin Pane, SHI, MHum sebagai Sosialisator dari Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMBI) menambah semangat siswa-siswi SMP Negeri 8 Tanjungbalai dalam menggali potensi khususnya di bidang menulis.

Terimakasih bapak Narasumber literasi sekolah kami pada kesempatan kali ini. (AZZamani).

BIOGRAFI NARASUMBER




Selasa, 08 Oktober 2019

SENAM PAGI

       Kegiatan sebelum proses belajar mengajar dimulai, SMP Negeri 8 tanjungbalai melaksanakan beberapa kegiatan. Setiap Senin kegiatan Upacara Bendera (UPB) yang dilaksanakan mulai pukul 07.15-08.00. Kegiatan UPB diikuti oleh seluruh civitas akademik SMP Negeri 8 Tanjungbalai, mulai dari seluruh Tenaga Pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.
       Setiap hari Selasa kegiatan Senam Pagi yang dilaksanakan dimulai pukul 07.15 sampai dengan pukul 07.45. kegiatan senam ini diikuti oleh seluruh peserta didik dan didampingi oleh tenaga pendidik. Senam ini dipandu oleh beberapa orang peserta didik yang berdiri di depan sebagai insturktur yang memberikan contoh gerakan-gerakan senam untuk diikuti oleh seluruh peserta didik yang di belakang.
       Kegiatan senam ini baru dilaksanakan pertama kalinya di SMP Negeri 8 Tanjungbalai pada tahun ajaran 2019-2020, dimana sebelum-sebelumnya kegiatan senam rutin setiap hari Selasa ini belum pernah terlaksana secara terorganisir.
       Tujuan dari kegiatan ini adalah supaya seluruh peserta didik dapat menggerakkan seluruh anggota tubuhnya yang sudah lama tidak bergerak akibat tidur malam. maka dengan kegiatan senam ini seluruh peserta didik dapat berolahraga supaya sehat jasmani.



       Inilah foto-foto dari kegiatan senam pagi setiap hari Selasa yang dilaksanakan di SMP Negeri 8 Tanjungbalai. Semoga seluruh peserta didik menjadi anak yang sehat jasmanai dan rohani serta dibukakan kebugaran otak mereka sehingga mereka dapat menerima pembelajaran dengan baik.


Program POLICE GOES TO SCHOOL DI SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI Disambut Antusias

Pagi yang sangat ceria dipacu oleh semangat meski cuaca sedikit mendung ketika bapak IPDA Mulkan M. Tanjung Kanit Regident Satlantas Polres Tanjungbalai memberikan arahan dan motivasi kepada siswa-siswi SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI pada saat upacara bendera, Senin, 7 Oktober 2019 di halaman SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI. 






 Ada 4 poin penting yang disampaikan oleh beliau dihadapan ratusan pelajar, guru-guru dan staf SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI. Didampingi oleh kakak-kakak polwan yang juga penuh semangat, beliau menyampaikan kepada seluruh peserta upacara kenaikan bendera khususnya para peserta didik;
1. Jauhi narkoba karena narkoba adalah musuh bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Tak hanya narkoba, rokok yang juga berpengaruh buruk bagi kesehatan juga harus dijauhi. Jadilah siswa yang sehat, cerdas dan gemilang.
2. Tidak dianjurkan berkendaraan ke sekolah. Minta orang tua untuk mengantarkan para peserta didik ke sekolah untuk menghindarkan diri dari kecelakaan di jalan.
3. Hati-hati penggunaan sosial media. Berita-berita yang belum tentu kebenarannya banyak beredar di jejaring sosial.  Jangan asal sebarkan karena dapat berujung kepada undang-undang pidana.
4. Hindari tawuran.
Mengingat pada saat sekarang ini, tantangan bagi anak usia sekolah khususnya tingkat sekolah menengah pertama adalah beberapa poin diatas.   Mereka begitu mudah terpengaruh tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi di kemudian hari. 

 Di akhir kesempatan, bapak IPDA Mulkan M. Tanjung kembali mengingatkan agar tetap rajin belajar dan patuhi orang tua dan guru di sekolah.

 Kunjungan kerja dari bapak dan kakak-kakak polwan tersebut sangat disambut antusias oleh para peserta didik. Pihak sekolah yakni kepala sekolah dan staf dewan guru sangat mengapresiasi program Police Goes To School ini karena dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja khususnya para peserta didik di SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI. 

 Sebelum tim Police Goes To School tersebut meninggalkan SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI, tim dari satlantas polres Tanjungbalai tersebut berbaur bersama pihak sekolah untuk membuat dokumentasi foto dan video.




 Terimakasih bapak IPDA Mulkan M. Tanjung dan kakak-kakak polwan atas kunjungannya. (AZZamani).

Senin, 07 Oktober 2019

Pemilihan Ketua OSIS SMP Negeri 8 Tanjungbalai Dengan Sistem Pemilu

Organisasi Siswa Intra Sekolah (disingkat OSIS) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah.
Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS. (Wikipedia).

Di SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI untuk T.A 2019/2020 telah melakukan terobosan baru di bidang pemilihan ketua OSIS. Yakni dengan menggunakan sistem demokrasi terpimpin. Seluruh civitas akademika mempunyai hak suara yang sama untuk memberikan suara kepada salah satu siswa yang dianggap paling layak pada tanggal 28 September 2019 lalu. Adapun para calon-calonnya adalah sebagai berikut;
1. Adinda Putri kelas 8-1
2. Rian Senja kelas 7-1
3. Sri Dewi Sitepu kelas 8-1
4. Muhammad Ridho Sinulingga kelas 8-4.


Keempat siswa ini merupakan siswa-siswa yang dianggap memiliki kecakapan untuk memimpin organisasi tersebut kedepannya.
Jadi, melalui sistem demokrasi layaknya pemilihan kepala negara atau kepala daerah, Kepala Sekolah  ( Ibu Firdila Kurnia, SPdI, MPdI), beserta guru di bidang kesiswaan ( Madam Maria Togatorop dan guru Bimbingan dan Konseling (Bu Hartaty Hotnidear Purba) mengkonsep sistem pemilihan ketua OSIS periode 2019-2020.




Bagaimana situasi dan kondisi Pemilihan Ketua OSIS SMP Negeri 8 Tanjungbalai dapat Anda saksikan pada video dibawah ini. (AZZamani).


   

Sabtu, 05 Oktober 2019

Foto Web


SAMBUTAN KEPALA SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI

                                                                  

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera buat kita semuanya.

            Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21 sudah sangat pesat. hal tersebut berimbas terhadap perkembangan dunia pendidikan abad 21. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah banyak memberi masukan dan petunjuk kepada seluruh Pemerintah Daerah melalui Kepala Dinas Pendidikan Tingkat Provinsi sampaiTingkat Daerah, supaya pendidikan di Indonesia ini bisa mengejar kualitas pendidikan di dunia Internasional dengan mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
        Pemerintah Pusat melalui kementerian pendidikan nasional meminta kepala-kepala dinas pendidikan tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota agar Sekolah-sekolah bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada abad 21 ini kita bisa belajar melalui kecanggihan teknologi seperti melalui google.  Dari google itulah dunia bisa mengetahui perkembangan termasuk perkembangan dunia pendidikan. Maka dengan kemajuan teknologi itu dunia pendidikan khususnya sekolah-sekolah akan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan. 
          Untuk menjawab tantangan kemajuan teknologi tersebut kami SMP Negeri 8 Tanjungbalai Summatera Utara berupaya untuk bisa mengupdate dan berbagi berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah kami melalui media sosial yaitu Blogger (Blogspot SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI).
Blogger ini baru dirilis, semoga blogger ini dapat diisi dengan berbagai macam perkembangan pendidikan di SMPN 8 Tanjungbalai seperti:
1. Profil Sekolah.
2. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
3. Kegiatan-kegiatan Peserta Didik.
4. Kegiatan-kegiatan Pendidik dan Tenaga kependidikan
5. Prestasi-prestasi Peserta didik
6. Dll.
         Saya selaku Kepala Sekolah SMPN 8 Tanjungbalai mempunyai harapan yang sangat besar kepada seluruh civitas akademik SMPN 8 Tanjungbalai untuk dapat berpartisapasi aktif dalam mengisi Bolgger SMPN 8 Tanjungbalai ini agar dunia luar bisa mengetahui perkembangan dan kemajuan SMPN 8 Tanjungbalai serta mengenal SMPN 8 Tanjungbalai. dengan demikian maka SMPN 8 Tanjungbalai dapat meningkatkan mutu Pendidik, tenaga kependidikan serta peserta didik.

                                                                                   Tanjungbalai, 05 Oktober 2019

                                                                                   Kepala SMPN 8 Tanjungbalai





                                                                                    FIRDILA KURNIA, S.Pd.I, M.Pd.I
                                                                                    NIP. 19780616 2005022002

Jumat, 04 Oktober 2019

PROFIL SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI


I. PENDAHULUAN

  SMP Negeri 8 Tanjungbalai adalah salah satu sekolah  pada jenjang Sekolah Menengah Pertama yang berstatus negeri atau dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan negara Indonesia. 

 Sekolah yang berlokasi di jalan lingkar Sipori Pori Kelurahan Kapias Pulau Buaya Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai ini berdiri sejak tahun 1996, beroperasi secara perdana pada tahun 1997. 

  Berbicara prestasi, tentu saja sudah banyak prestasi yang diraih oleh SMP negeri 8  diantaranya di bidang olahraga,  seni,  bahasa, bahkan keagaman di tingkat kecamatan, tingkat kota maupun provinsi. Banyak lulusan SMP Negeri 8 yang tetap berprestasi di sekolah lanjutannya.

  Saat ini,  sekolah ini dipimpin oleh Ibu Firdilla Kurnia,  SPdI,  MPdI yang baru saja dilantik untuk memegang amanah sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 8 ini. Baru dalam hitungan beberapa minggu,  sudah terlihat kemajuan dalam berbagai aspek di sekolah tersebut.


II. VISI SEKOLAH
     
“Berprestasi dilandasi Iman, Taqwa, Berilmu dan Berbudaya Lingkungan serta Berwawasan Global”



III. MISI SEKOLAH

1.   Mewujudkan pendidikan untuk menghasilkan prestasi dan lulusan berkualitas tinggi yang peduli dengan lingkungan hidup.
2.   Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif, efisien, produktif, dan inofatif untuk menciptakan sumber daya manusia yang beriman.
3.   Mengaktifkan  pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan bimbingan belajar untuk mewujudkan peserta didik yang berprestasi akademik dan non akademik.
4.   Mewujudkan penghayatan dan pengamalan ajaran nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
5.   mengembangkan  kepribadian peserta didik yang berkarakter.
6.   Menanamkan rasa cinta kesenian dan kebudayaan daerah sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secra optimal.
7.   Mewujudkan sumber daya manusia yang peduli dalam mencegahan pencemaran, mencegahan kerusakan lingkungan dan melestarikan lingkungan hidup
8.   Meningkatkan dan mewujudkan rasa peduli lingkungan bersih.
9.   Mewujudkan budaya yang berkualifikasi
10.   Mewujudkan Sekolah yang bersih,hijau dan meminimalis hasil sampah yang tidak bermanfaat
11.  mewujudkan sekolah ramah lingkungan dan ramah anak.
12. Mewujudkan manusia Indonesia yang mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam peradaban dunia.
13. Mewujudkan generasi emas, sehat tanpa narkoba

IV. TUJUAN SEKOLAH 

1.   Tercapainya pendidikan untuk menghasilkan prestasi dan lulusan berkualitas tinggi yang peduli dengan lingkungan hidup.
2.   Tercapainya sumber daya manusia yang beriman, produktif, kreatif, inofatif dan efektif.
3.   Tercapainya pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan dalam pencapaian prestasi peserta didik di bidanng akademik dan non akademik.
4.  Tercapainya pengamalan ajaran nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
5.  menampilkan sikap sopan santun dan berbudi pekerti.
6.  Tercapainya rasa cinta peserta didik terhadap kesenian dan kebudayaan daerah.
7.   Tercapainya sumber daya manusia yang peduli dalam mencegahan pencemaran, mencegahan kerusakan lingkungan dan melestarikan lingkungan hidup.
8.    Tercapainya peduli terhadap lingkungan.
9.   Tercapainya budaya yang berkualifikasi.
10.  Tercapainya Sekolah yang bersih,hijau dan meminimalis hasil sampah yang tidak bermanfaat.
11.  Tercapainya sekolah peduli lingkungan dan ramah anak.
12.  Tercapainya manusia Indonesia yang mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam peradaban dunia.
13.  Tercapainya generasi emas, sehat tanpa narkoba.


V. IDENTITAS SEKOLAH SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI 
TAHUN PELAJARAN 2019/2020



Nama Sekolah               : SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI
Status Sekolah               : Negeri
Akreditasi                       : B
Alamat                : Jl. Sipori Pori Kelurahan Kapias Pulau Buaya Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai
Kodepos                          : 21331
NSS                                   : 201076403008
NPSN                               : 10212007
KOORDINAT                 : 3°0017"LS dan 99°7906"BT






KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak kemudahan sehingga blogspot SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI dapat dibangun dengan sedemikian rupa.  Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafa’atnya di akhirat nanti.

Dengan penuh kesadaran, Tim Admin mengakui bahwa halaman blogspot ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami sebagai Tim Admin mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar halaman blogspot ini dapat dikelola menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada halaman blogspot  ini Tim Admin mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak civitas akademika SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI khususnya kepada kepala sekolah yang memberi saran agar Tim Admin mengelola halaman blogspot ini untuk menjadi sumber referensi yang menghubungkan masyarakat pendidikan ke SMP NEGERI 8 TANJUNGBALAI melalui media internet.

Demikian, semoga blogspot ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Tanjungbalai, 4 Oktober 2019

Tim Admin


SMP Negeri 8 Tanjungbalai Galakkan Bina Mental Untuk Meningkatkan Karakter Mulia Peserta Didik

Dekadensi moral di kalangan remaja saat ini merupakan salah satu masalah yang besar di negeri ini. Untuk mengantisipasi hal tersebu...